Khutbah Jumat Semua Nabi Maksum dan Mulia

Khutbah Jumat kali ini mengambil tema yang menarik. Tulisan ini menyampaikan bahwa para nabi itu mulia dan maksum dari dosa.

Jemaah salat Jumat akan disampaikan tentang kisah para nabi yang tidak benar karena menunjukkan orang-orang pilihan Allah itu bukanlah kelompok yang mulia. Lebih lengkapnya, simak tulisan khutbah Jumat dari Ustaz Nur Rohmad yang dilansir dari Aswaja NU Center Jatim.

Khotbah pertama

Baca juga : Khutbah Jumat: Empat Manfaat Berharap kepada Allah

Segala puji bagi Allah, Raja dan Hakim, dan shalawat serta salam tercurah kepada Muhammad, penguasa putra-putra Adnan, dan atas keluarga, sahabat, dan pengikutnya sepanjang masa, dan saya bersaksi bahwa tidak ada Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah saja, yang tiada sekutu bagi-Nya, yang Maha Tinggi melebihi jasmani, arah, waktu, dan tempat. Aku bersaksi bahwa junjungan kita Muhammad adalah hamba-Nya. Dan Rasul-Nya yang akhlaknya adalah Al-Qur’an,

Adapun selanjutnya, wahai hamba-hamba Yang Maha Pemurah, aku perintahkan kamu dan diriku sendiri untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, yang berfirman dalam Kitab-Nya Al-Qur’an: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Tuhan. Hak untuk bertakwa kepada-Nya dan tidak mati kecuali sebagai orang Islam (QS. Ali Imran : 102)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khotbah di hari yang penuh berkah ini, khatib mewariskan kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan selalu berusaha menjalankan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Baca juga : Khutbah Jumat: Berbagai Kemuliaan Bulan Rajab

Pada ayat yang kita baca tadi, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk bertakwa kepada-Nya. Seorang hamba tidak akan mencapai derajat ketakwaan kepada Allah kecuali dengan mengenal Allah dan beriman kepada-Nya, mengenal Rasulullah dan mengimaninya, serta menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dan kita tidak dapat mengetahui apa saja yang wajib dan dilarang oleh Allah kecuali dari para rasul Allah yaitu para nabi. Merekalah yang menyampaikan dari Allah subhanahu wata’ala kepada para hambanya tentang hal-hal yang membawa manfaat dan manfaat bagi urusan dunia dan agamanya.

Oleh karena itu, kebutuhan akan hamba para nabi tidak bisa dihindari. Sesungguhnya tidak ada cara untuk mengetahui mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan mana yang batil, dan apa yang menyelamatkan atau membinasakan di akhirat kecuali melalui para nabi saw.

Baca juga : Khotbah Jumat, Khamenei Serukan Negara Muslim Bersatu Lawan Israel

Melihat misi dan tugas berat para nabi, maka dapat dipastikan bahwa para nabi diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana sebagai makhluk yang berpangkat tinggi, berakhlak mulia, dan berbadan indah. Hal itu agar kaum nabi mau mendengarkan dan menerima perintah Allah yang disampaikannya. Demikian pula agar umatnya mau mengikuti syariat, hukum, adab, dan akhlak yang mereka jelaskan.

Allah subhanahu wata’ala menjaga mereka dari hal-hal yang membuat orang menyingkir dan tidak menerima dakwah yang mereka sampaikan, seperti cacat fisik atau penyakit yang menjijikkan semisal penyakit belang, kusta, dan keluar ulat dari badan. Sedangkan kisah yang diriwayatkan bahwa Nabi Ayyub alaihis salam terjangkit penyakit yang parah sampai-sampai keluar ulat dari tubuhnya dan ulat tersebut memakan tubuhnya, itu tidaklah benar dan tidak berdasar.

Hal itu karena Allah telah mengutusnya untuk menyampaikan ajaran agamanya. Dengan demikian, Allah ta’ala tidak akan menimpakan nabi-Nya dengan sesuatu yang menyebabkan manusia berpaling darinya.

Baca juga : Amalan Doa Pelunas Utang Pinjol, Bank, Tetangga

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Demikian pula Allah melindungi nabi-nabi-Nya dari radzalah (perbuatan tercela dan rendah) dan safah (perbuatan yang tidak sesuai dengan hikmah). Oleh karena itu, tidak ada nabi yang mencuri pandang pada wanita yang bukan istrinya dengan nafsu, misalnya. Juga tidak ada nabi yang melakukan hal-hal yang tidak pantas dan tidak pantas, seperti mengumpat sembarangan.

Ada pula kisah tidak benar yang diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Daud ‘alaihis salam melihat istri panglima perangnya yang sedang mandi dalam keadaan telanjang bulat. Lalu beliau terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.

Kemudian Nabi Daud mengutus suami wanita tersebut ke medan perang dengan harapan akan dibunuh. Dan kemudian dia bisa menikahi janda komandannya. Cerita ini juga salah dan tidak berdasar.

Bagaimana mungkin disandarkan kepada Nabi Daud hal seperti itu, padahal orang rendahan saja tidak akan rela dirinya dibicarakan telah melakukan hal-hal semacam itu? Bagaimana mungkin cerita semacam itu dibenarkan sedangkan nabi ialah manusia pilihan yang telah diutus oleh Allah untuk mengajarkan akhlak yang mulia dan terpuji kepada umatnya?

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Demikian juga Allah menjaga nabi-Nya dari dosa-dosa besar seperti minum khamar dan berzina. Dengan demikian, tidaklah benar kisah bahwa Nabi Luth ‘alaihis salam minum khamar dan berzina dengan kedua putrinya. Begitu juga tidak benar cerita bahwa Nabi Yusuf AS ingin berzina dengan Zulaikhah, istri penguasa Mesir.

Sedangkan firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Yusuf: 23-24, maksudnya adalah perempuanlah yang nekat berzina dengan Nabi Yusuf. Padahal Nabi Yusuf bermaksud mendorongnya dari depan jika tidak mendapat peringatan dari Tuhannya.

Allah memperingatkan bahwa jika ia mendorongnya, wanita itu akan mengaku bahwa Yusuflah yang memaksanya berbuat zina. Setelah mendapatkan peringatan itu, Yusuf mengurungkan niat untuk mendorongnya. Lalu bergegas ke arah pintu untuk keluar dari ruangan.

Namun wanita tersebut menarik bajunya dari belakang hingga menyobek pakaian Yusuf. Wanita itu menuduh Yusuf ingin memperkosa dan memaksanya berzina dengan dirinya.

Setelah kejadian itu, Yusuf pun ingin membersihkan dirinya dari tuduhan keji itu. Salah seorang dari keluarga wanita itu bersaksi dan berkata, “Lihatlah oleh kalian, jika baju Yusuf koyak dan sobek dari belakang, ia telah berkata jujur dan benar dan wanita itulah yang telah berbohong. Sebaliknya jika baju Yusuf koyak dari depan, tuduhan wanita itu benar bahwa Yusuflah yang ingin berzina sedangkan wanita itu menolak.”

Orang-orang yang hadir kemudian mengamati dan mereka menemukan baju Yusuf robek di bagian belakang seperti yang difirmankan Allah subhanahu wata’ala dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 25-28.

Pada akhirnya, istri penguasa Mesir itu mengaku bahwa dialah yang ingin berzina dengan Yusuf, sedangkan Yusuf menolak dengan keras. Allah ta’ala berfirman memberitakan tentang wanita tersebut:

Istri Al-Aziz berkata, “Sekarang telah terungkap kebenarannya, sesungguhnya kebenaran itu telah luput dari perhatiannya, dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang jujur.”

Istri Raja Mesir berkata, “Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku) dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (QS Yusuf: 51).

Saudara-saudara seiman,

Jangan percaya cerita dan perkataan apapun yang menggambarkan salah satu nabi yang akhlaknya rendah dan tidak terpuji. Para ulama Ahlussunnah waljamaah mengajarkan kepada kita bahwa setiap nabi harus jujur, amanah, dan shiyanah sehingga tidak mungkin mereka berbohong, berkhianat, dan melakukan perbuatan hina atau perbuatan yang tidak sesuai dengan hikmah.

Para nabi juga bersifat dengan fathanah, yakni kecerdasan yang sangat tinggi sehingga mustahil bagi mereka berotak bebal dan lemah pikiran. Para nabi juga pasti bersifat pemberani sehingga mustahil bagi mereka sikap pengecut.

Para nabi semuanya Muslim dan beriman. Tidak ada satu pun dari mereka yang pernah melakukan penistaan ​​atau kemusyrikan, baik sebelum maupun sesudah menjadi nabi. Juga tidak ada seorang pun di antara mereka yang terjerumus dalam dosa besar maupun dosa kecil yang menunjukkan rendahnya jiwa pelakunya, seperti mencuri satu buah anggur.

Hadirin jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Itulah khotbah singkat di hari penuh berkah ini. Semoga bermanfaat dan membawa keberkahan bagi kita semua. Amin.

Aku mengucapkan hal ini dan mohon ampun kepada Allah untukku dan kamu, maka mohonlah ampun kepada-Nya, karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khotbah kedua

Alhamdulillah, itu sudah cukup. Saya panjatkan doa dan salam saya kepada junjungan kita Muhammad, Yang Terpilih, dan kepada keluarga serta para sahabat setianya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT, tanpa sekutu, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya.

Adapun yang berikut ini wahai kaum muslimin, aku menasihati kalian dan diriku sendiri agar bertakwa kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan ketahuilah bahwa Allah telah memerintahkan kepadamu suatu perkara yang besar. Dia memerintahkan kalian agar melimpahkan shalawat dan shalawat kepada Nabi-Nya yang mulia, dan bersabda: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi-Nya. Salam sejahtera ya Allah, berkahilah junjungan kami Muhammad dan keluarga junjungan kami Muhammad, sebagaimana Engkau mendoakan junjungan kami Ibrahim dan keluarga junjungan kami Ibrahim, dan memberkati Guru kami Muhammad dan keluarga Guru kami Muhammad, sebagaimana Engkau memberkati Guru kami Ibrahim dan keluarga Guru kami Ibrahim, di dunia, Engkau Maha Terpuji dan Mulia. Ya Allah, ampunilah kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Ya Allah, lindungi kami dari musibah dan akibatnya. Dan epidemi, dan kecabulan, dan kekejian, dan pelanggaran, dan berbagai pedang, dan kesengsaraan, dan kesengsaraan, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dari negara kita. Ini khususnya dan dari negara-negara Muslim pada umumnya. Sesungguhnya Anda mampu melakukan segala hal.

Hamba-hamba Allah, Allah memerintahkan keadilan, amal, dan memberi kepada kerabat, dan melarang maksiat, kekejian, dan pelanggaran Anda ingat? Maka ingatlah Allah Yang Maha Esa niscaya Dia akan mengingatmu, dan mengingat Allah lebih besar lagi.

Itulah contoh khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat. (Z-2)